Berulang kali Ia berpikir tentang hambarnya relasinya dengan adik-adiknya. Pikiran itu kerap begitu saja melintas dalam benaknya, benak Ia yang memiliki kesadaran-diri lebih dari orang kebanyakan; suatu sensitivitas ekstra atas kondisi-situasi diri-pribadi. Ketika memikirkannya, kesadaran itu, lagi-lagi, mengganggunya. Ia menyadari perasaan terganggu itu bukan timbul karena ia MEMANG merindukan relasi yang hangat dengan mereka, dengan orang-orang yang dengannya ia berelasi tanpa syarat semenjak awal hingga nanti. Ia terganggu, karena menurutnya tidak begitu SEHARUSNYA relasi antarsaudara kandung. Dan Ia kembali tersadar, akan hal yang lain. Kejujurannya kembali menohoknya.


***

Comments

Popular Posts