Suatu malam dalam kamar apartemen di Karawaci…
Ini kutulis
sehabis membaca halaman persembahan dalam sebuah skripsi; halaman persembahan
yang menggetarkan hatiku.
Ia memuat
untaian terima kasih dan ungkapan perasaan kepada sejumlah orang yang oleh
penulisnya dirasakan penting dalam hidupnya, yang diakhiri dengan pernyataan
tentang iman.
Dalam suasana di
mana aku dapat merasakan diriku sendiri, merasakan perasaanku dengan cukup
baik, pernyataan itu dengan mudah merasuk dalam pikiran dan perasaanku.
Betapa selama
ini aku jauh dariNya, sibuk dengan urusan keduniawian.
Hanya sesekali
berusaha berpaling kepadaNya, dengan susah payah, yang seringkali berakhir
dengan kegagalan. Kembali ke keduniawian.
Kini, aku
kembali berusaha berpaling padaNya, masih dengan susah payah.
Di saat sepi,
manakala aku dapat merasakan diri sendiri seperti saat ini, mudah sekali
merasakan kerapuhan, kefanaan diri.
Seakan
kesombongan sepanjang hari, sepanjang siang, selama ini, luruh begitu mudahnya.
Aku telanjang.
Aku ditelanjangi oleh keadaanku sendiri, sebagai manusia.
Sekonyong-konyong
perasaan sebagai makhluk yang sangat kecil dan lemah, muncul.
Aku bukan
apa-apa.
Kita bukan
apa-apa.
Apa yang
berusaha kita capai, apa yang sudah kita raih, bukanlah apa-apa. Mereka juga
tidak menjadikan kita apa-apa. Mereka adalah sarana semata. Bukan tujuan,
karena hanya Tuhan yang pantas menjadi satu-satunya tujuan dari kehadiran kita
di bumi.
Bersyukur.
Agar kita tidak
merasa perlu menjadikan keduniawian sebagai tujuan.
Karena
sekeliling kita sudah dipenuhi berkat.
Kita sudah
terberkati dan penuh.
Tiada lagi yang
pantas dicari kecuali Tuhan. Jikalaupun ada yang pantas dicari selain Dirinya,
itu semata menjadi sarana menuju Dirinya.
Jadi bisakah
kita bersyukur?
Maukah kita
bersyukur?
Bersediakah kita
menggali dan merenungkan hal-hal dalam hidup yang kita anggap sebagai berkat?
***
setuju...
ReplyDeletebetapa sukarnya berpaling kepada sang pencipta...
setiap hari berkutat dengan urusan duniawi...
sungguh menyedihkan...
padahal tujuan akhir kita sebagai manusia adalah kembali kepada sang pencipta.