Pagi itu, hati Santiago disesaki dengan perasaan yang meluap-luap terhadap gadis pujaannya. Perasaan yang menurutnya barangkali merupakan sebentuk cinta itu lantas ia transformasikan ke dalam sebuah doa: ia memohon kepada Semesta agar Ia senantiasa melindungi Pilar dan memberkati keseluruhan hidupnya. Santiago yakin benar bahwa Semesta mendengarkan doanya. Ia memang memiliki pengalaman yang dapat menegaskan keyakinannya itu.
Pada malam dari hari yang sama, Santiago mendapati kabar tidak menggembirakan mengenai gadisnya. Pilar, gadis itu, gadis yang kepadanya diam-diam Santiago mulai menumbuhkan perhatian dan kepedulian, sedang bersedih. Santiago sungguh ikut bersedih. Keceriaannya sepanjang siang mendadak berubah menjadi kesenyapan. Kabar itu membuatnya tertegun dan merenung, hingga ia perlahan-lahan mulai mampu menguasai dirinya lagi. Ia telah lama belajar untuk menguasai perasaan-perasaannya, daripada bereaksi terhadapnya. Ia merasakan perasaan-perasaan itu hingga mereka menguap dengan sendirinya dan meninggalkan Santiago dalam keadaan tenang, lega, dan merdeka seperti sedia kala.
Dalam upayanya untuk menguasai perasaannya itu, perlahan ia mulai memperoleh pengertian. "Mungkin Semesta sedang menguji imanku," pikir Santiago. "Barangkali Ia sedang menantang keyakinanku akan doaku sendiri yang kuucapkan pagi ini." Dan entah mengapa, Santiago memercayai bahwa usahanya untuk mempertahankan keyakinannya itu akan membantu sang gadis dalam melalui kesedihannya.
Dengan keyakinannya, ia sedang mengkreasikan dunianya dan dunia sang gadis. Sungguh, Santiago menginginkan yang terbaik bagi sang gadis, meskipun ia sendiri tidak yakin mengenai itu, tentang apa yang terbaik bagi si gadis. Pikirannya melayang-layang di antara keinginan untuk, dengan caranya sendiri, membebaskan sang gadis dari kesedihan, atau membiarkan si perempuan melewatinya dengan harapan ia akan menjadi semakin kuat dan dewasa. Pada akhirnya, Santiago berpendapat bahwa Semesta-lah yang memiliki pengetahuan itu, tentang apa yang terbaik bagi Pilar.
Santiago sedang melatih keberaniannya dalam memimpikan sesuatu yang besar, dan gadis itu ia jadikan bagian dari mimpi yang besar itu. Maka, peristiwa hari itu mungkin memang merupakan salah satu tahap dari proses yang harus dilaluinya.
***
Pada malam dari hari yang sama, Santiago mendapati kabar tidak menggembirakan mengenai gadisnya. Pilar, gadis itu, gadis yang kepadanya diam-diam Santiago mulai menumbuhkan perhatian dan kepedulian, sedang bersedih. Santiago sungguh ikut bersedih. Keceriaannya sepanjang siang mendadak berubah menjadi kesenyapan. Kabar itu membuatnya tertegun dan merenung, hingga ia perlahan-lahan mulai mampu menguasai dirinya lagi. Ia telah lama belajar untuk menguasai perasaan-perasaannya, daripada bereaksi terhadapnya. Ia merasakan perasaan-perasaan itu hingga mereka menguap dengan sendirinya dan meninggalkan Santiago dalam keadaan tenang, lega, dan merdeka seperti sedia kala.
Dalam upayanya untuk menguasai perasaannya itu, perlahan ia mulai memperoleh pengertian. "Mungkin Semesta sedang menguji imanku," pikir Santiago. "Barangkali Ia sedang menantang keyakinanku akan doaku sendiri yang kuucapkan pagi ini." Dan entah mengapa, Santiago memercayai bahwa usahanya untuk mempertahankan keyakinannya itu akan membantu sang gadis dalam melalui kesedihannya.
Dengan keyakinannya, ia sedang mengkreasikan dunianya dan dunia sang gadis. Sungguh, Santiago menginginkan yang terbaik bagi sang gadis, meskipun ia sendiri tidak yakin mengenai itu, tentang apa yang terbaik bagi si gadis. Pikirannya melayang-layang di antara keinginan untuk, dengan caranya sendiri, membebaskan sang gadis dari kesedihan, atau membiarkan si perempuan melewatinya dengan harapan ia akan menjadi semakin kuat dan dewasa. Pada akhirnya, Santiago berpendapat bahwa Semesta-lah yang memiliki pengetahuan itu, tentang apa yang terbaik bagi Pilar.
Santiago sedang melatih keberaniannya dalam memimpikan sesuatu yang besar, dan gadis itu ia jadikan bagian dari mimpi yang besar itu. Maka, peristiwa hari itu mungkin memang merupakan salah satu tahap dari proses yang harus dilaluinya.
***
Comments
Post a Comment