"Happiness only real when shared"
(Christopher McCandless, dalam Into the Wild, 2007)
Di tengah naik-turun kehidupannya, pengalaman demi pengalaman membawa Santiago pada keyakinan yang semakin kuat bahwa kasih (kepada orang tua, adik dan kakak, kekasih, sahabat, sesama lainnya, alam semesta) adalah sumber motivasi terbesar dan paling tahan lama yang dapat dimiliki oleh manusia.
Kasih itu bersumber dari iman, keyakinan bahwa Yang Maha Rahim selalu mengasihinya terlepas dari dosa-dosanya, dan bahwa Ia mau memakai dirinya sebagai saluran cintaNya terhadap manusia dan alam semesta; digerakkan oleh Roh Ilahi, yang selalu sabar menanti dirinya membuka diri terhadap kehadiranNya; mewujud dalam pelayanan dan pengorbanannya kepada sesama, terutama yang paling menderita: mereka yang miskin, sakit, terasing, kesepian, kehilangan harapan; dan menghasilkan buah berupa perasaan damai, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Dari sejumlah permenungan yang ia sempatkan dalam beberapa peristiwa, Santiago membuktikan kepada dirinya sendiri, betapa sesuatu yang dilaksanakan atas dasar kasih menjadi terasa ringan dan tidak dilihatnya sebagai beban. Manakala sedang dituntun oleh kasih, ia mendapati egonya dikikis dan dipinggirkan oleh fokus yang intens terhadap kemaslahatan sesama yang dilayaninya. Hati dan pikirannya terarah kepada orang lain: sesuatu yang ia pandang sebagai pertanda baik.
Permenungannya membawa penyadaran akan hal penting lainnya: kasih yang mewujud dalam pelayanan kepada sesama menumbuhkan perasaan berharga dan kepenuhan dalam dirinya. Adakah anugerah yang lebih besar bagi manusia selain berada dalam harmoni dengan dirinya sendiri?
***
Comments
Post a Comment