Jumat, 25 Oktober malam, di kamar apartemen

      Sepulang dari kursus, aku segera mandi. Seselesainya mandi, aku mulai mengeset iTunes di notebook pada lagu-lagu The Beatles. Selama seminggu belakangan, aku rindu mendengarkan lagu-lagu mereka.
      Sembari menyantap makan malam, aku mengutak-atik notebook. Lagu-lagu The Beatles bergantian diperdengarkan, hingga telinga dan pikiranku terpaku pada sebuah lagu: Yesterday.
      Aku penggemar berat The Beatles. Aku tak pernah menghitung sudah berapa kali aku mendengarkan Yesterday hingga malam itu. Tapi rasanya baru pada malam itu aku benar-benar menyelami liriknya dan nuansa yang meliputi lagu itu.
      Beberapa orang mungkin memandang Yesterday sebagai sebuah lagu yang berkisah tentang seorang lelaki yang menyesali kehilangannya akan seorang gadis—kehilangan yang pedih, terlebih karena si lelaki tidak mengetahui alasan kepergian si gadis (“why she had to go, I don’t know, she wouldn’t say”). Satu-satunya hal yang dapat dijelaskan oleh akalnya hanyalah: ada sesuatu yang salah, yang menyebabkan sang gadis pergi (“I said something wrong”). Karena itu, si lelaki ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya (“now I long for yesterday”). 
      Yesterday, kemarin, merepresentasikan masa lalu. Bagi sebagian orang, masa lalu berlalu begitu saja tanpa menyisakan beban. Namun, beberapa peristiwa terkadang mengembalikan dan memaku kita pada masa lalu. Masa lalu itu memunculkan bayangan yang menyamarkan penglihatan kita untuk melangkah ke masa depan, seperti yang lebih-kurang dialami oleh karakter dalam lagu itu (“there’s a shadow hanging over me”).
      Lelaki yang diceritakan dalam lirik Yesterday barangkali termasuk dalam golongan orang yang pada awalnya melihat bahwa masa lalu terjadi begitu saja, hingga sebuah kejadian menyadarkannya. Kehilangan yang dirasakannya menjadi pembuka matanya akan makna dari kepergian sang gadis. Kini, sesudah menyerap secara utuh makna dari peristiwa itu, ia merindukan masa lalu. Untuk menggambarkan dalamnya kerinduan si lelaki untuk kembali ke masa lalu, Paul McCartney, sang penulis lirik, mengekspresikannya dengan indah: oh, I believe in yesterday. Aku mengimani masa lalu.
      Bagiku, lagu ini tidak berhenti pada kisah tentang penyesalan seorang lelaki. Lirik Yesterday justru merupakan medium katarsis si lelaki dalam perjalanannya berpisah untuk selama-lamanya dengan masa lalunya dan melangkah ke masa depan. Dengan menginginkan untuk kembali ke masa lalu, ia mengizinkan dirinya untuk menengok ke belakang untuk terakhir kalinya, sebelum meninggalkannya untuk selama-lamanya. Ia tentu menyadari, bahwa ia tidak dapat sungguh-sungguh kembali ke masa lalu dan memperbaikinya. Itu hanya merupakan sebuah ungkapan perasaan sekaligus pengakuan bahwa di masa lalu, ia telah membuat kesalahan. Ia menyadari bahwa dengan tinggal di masa lalu, ia tidak akan menyelesaikan masalahnya dan justru menyia-nyiakan hidupnya.
      Si lelaki berani mengakui dan menerima masa lalunya, serta tidak menyesalinya, tiga hal yang menjadi landasan penting untuk menatap masa depan.



***

Comments

Popular Posts