Perbincangan ini terjadi di sebuah gereja, di tengah suatu perayaan ekaristi pada pekan suci, antara seorang perempuan dan adik laki-lakinya. Si kakak, yang mengenal sepenuhnya adiknya dan pandangan-pandangan kritisnya terhadap institusi gereja dan pejabat-pejabatnya, tak pernah sungkan untuk mengutarakan pendapatnya tentang pandangan si adik, yang mengetahui dengan baik kesetiaan si kakak pada gereja dan juga tak pernah sungkan menyampaikan hal apapun, baik atau buruk, tentang gereja kepada kakaknya. Bagaimanapun, mereka saling menyayangi dan memperhatikan satu sama lain.
Adik: "misa itu sumber inspirasi, lho"
Kakak: (dengan ekspresi wajah yang datar yang mencerminkan ketidakpercayaan, kecurigaan, tetapi sekaligus keingintahuan) "amin!"
Adik: "daripada ndengerin pastornya khotbah, gw lebih milih untuk mikirin tema-tema buat cerpen gw"
Kakak: (masih dengan ekspresi wajah yang sama) "ajaib"
***
Adik: "misa itu sumber inspirasi, lho"
Kakak: (dengan ekspresi wajah yang datar yang mencerminkan ketidakpercayaan, kecurigaan, tetapi sekaligus keingintahuan) "amin!"
Adik: "daripada ndengerin pastornya khotbah, gw lebih milih untuk mikirin tema-tema buat cerpen gw"
Kakak: (masih dengan ekspresi wajah yang sama) "ajaib"
***
Comments
Post a Comment