Jeff Bezos—CEO Amazon, salah satu orang terkaya di dunia, dan terlebih lagi, salah satu orang yang telah merubah secara besar-besaran cara kita berbelanja—mencari (atau lebih tepatnya, menciptakan) suatu kerangka berpikir (framework) yang digunakannya untuk membantunya dalam membuat setiap keputusan, termasuk keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Amazon merupakan buah dari keputusan penting yang dilandasi kerangka berpikir itu.
Sebelum memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya yang bagus di sebuah firma keuangan untuk mendirikan usaha penjualan buku secara online yang kemudian diberi nama Amazon itu, Bezos sempat berbincang dengan atasannya mengenai rencananya itu. Atasannya mengatakan bahwa idenya itu merupakan ide bagus ... bagi orang yang tidak memiliki pekerjaan seperti yang dimilikinya. Dengan kata lain, atasannya hendak mengatakan bahwa sebaiknya Bezos mempertahankan pekerjaannya saat itu. Ia kemudian memberikan waktu 48 jam kepada Bezos untuk memberikan keputusannya mengenai rencananya itu.
Dihadapkan pada situasi itu, Bezos berusaha melihat jauh ke depan. Ia menyadari bahwa situasi jangka pendek dapat membuatnya bingung dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, ia saat itu dapat dikatakan memiliki karir yang stabil dan menjanjikan; bekerja di perusahaan yang bagus, di bidang yang bagus, dengan jenjang karir dan penghasilan yang bagus pula. Saat itu, ia belum lama menikah. Ditambah lagi, pada saat ia hendak memutuskan keluar dari perusahaan itu, jadwal pemberian bonus hanya tersisa beberapa bulan saja. Bagi orang sepertinya, yang sedang mulai membangun sebuah keluarga, pilihan yang rasional adalah tetap bertahan pada pekerjaannya yang baik dan menerima bonus yang dapat dimanfaatkannya untuk keluarga barunya. Tapi ia memiliki kerangka berpikir ini: regret minimization framework. Kerangka berpikir inilah yang mendobrak semua pemikiran konservatif terkait keputusan Bezos untuk mendirikan Amazon.
Inti dari kerangka berpikir ini adalah mengurangi sebanyak mungkin penyesalan dalam hidup. Untuk itu, Bezos membayangkan dirinya berada jauh di masa depan, di umur 80 tahun. Pada umur itu, ia membayangkan dirinya sedang melihat hidupnya ke belakang, ke tahun-tahun yang telah berlalu. Ia tidak ingin menemukan penyesalan ketika ia melihat ke masa lalunya. Dengan kerangka berpikir ini, Bezos membayangkan bahwa pada umur 80 tahun, ia tidak akan menyesali pernah mencoba mendirikan Amazon, tidak akan menyesali pernah berpartisipasi dalam perkembangan internet, bahkan tidak akan menyesali seandainya Amazon gagal. Tapi Bezos akan sangat menyesal, dan bahkan merasa dirinya akan dihantui terus-menerus, setiap hari sampai ia mati, apabila ia sama sekali tidak pernah mencoba dan memperjuangkan keinginannya untuk mendirikan Amazon. Saat ia membayangkan hal-hal itu, keputusan untuk keluar dari pekerjaannya saat itu serta-merta menjadi sesuatu yang sangat mudah. Ditambah dengan dukungan penuh dari sang istri, Bezos akhirnya memutuskan keluar dari pekerjaannya dan mulai merintis salah satu perusahaan yang pada akhirnya turut berperan dalam membentuk peradaban manusia di abad ke-21.
Tulisan ini ditutup dengan penggalan dari sebuah pidato berjudul "We Are What We Choose" yang disampaikan oleh Bezos pada wisuda angkatan 2010 di Princeton University, almamaternya.
Tomorrow, in a very real sense, your life—the life you author from scratch on your own—begins.
How will you use your gifts? What choices will you make?
Will inertia be your guide, or will you follow your passions?
Will you follow dogma, or will you be original?
Will you choose a life of ease, or a life of service and adventure?
Will you wilt under criticism, or will you follow your convictions?
WIll you bluff it out when you're wrong, or will you apologize?
Will you guard your heart against rejection, or will you act when you fall in love?
Will you play it safe, or will you be a little bit swashbuckling?
When it's tough, will you give up, or will you be relentless?
Will you be a cynic, or will you be a builder?
Will you be clever at the expense of others, or will you be kind?
I will hazard a prediction. When you are 80 years old, and in a quiet moment of reflection narrating for only yourself the most personal version of your life story, the telling that will be most compact and meaningful will be the series of choices you have made. In the end, we are our choices. Build yourself a great story.
Comments
Post a Comment