Zamperini
Selasa, 17 November 2015.
Zamperini adalah seorang mantan tentara Amerika Serikat yang pernah menjadi tawanan semasa Perang Dunia II. Pada saat sedang menjalankan misi pencarian dan penyelamatan (SAR), pesawat yang dipilotinya mengalami kerusakan dan jatuh di tengah lautan. Setelah terombang-ambing di lautan selama 47 hari, ia mendarat di pulau yang dikuasai oleh Jepang. Ia lalu ditangkap dan kemudian disiksa.
Ajakan saudara laki-lakinya itu mengubah arah hidup Zamperini. Ia terus menekuni olahraga lari hingga sempat mewakili negaranya pada Olimpiade tahun 1936 di Berlin, di nomor lari 5.000 meter, sebelum akhirnya mendaftarkan diri untuk menjadi tentara.
"I'd made it this far and refused to give up because all my life I had always finished the race"
"To persevere is important for everybody. Don't give up, don't give in. There's always an answer to everything"
Hari ini tidak berbeda dengan hari-hari lainnya. Hari-hari di mana aku terbangun dari tidur dengan perasaan bahwa aku belum menjalani hidup yang aku mau, yang aku impikan.
Tapi ada juga yang berbeda. Belakangan ini, aku mulai memiliki visi yang lebih jelas tentang masa depan seperti apa yang kuinginkan, tentang dampak apa yang hendak kutinggalkan dari hidupku, tentang apa yang mau kulakukan untuk membuat hidupku pantas kukenang.
Pagi ini, lagu Coldplay yang berjudul "Miracles" menemaniku dalam memulai hari. Lagu itu menjadi salah satu soundtrack dari film Unbroken. Film ini berkisah tentang seseorang bernama Louis Zamperini dan perjuangan hidupnya.
Zamperini adalah seorang mantan tentara Amerika Serikat yang pernah menjadi tawanan semasa Perang Dunia II. Pada saat sedang menjalankan misi pencarian dan penyelamatan (SAR), pesawat yang dipilotinya mengalami kerusakan dan jatuh di tengah lautan. Setelah terombang-ambing di lautan selama 47 hari, ia mendarat di pulau yang dikuasai oleh Jepang. Ia lalu ditangkap dan kemudian disiksa.
Penyiksaan yang dialaminya selama menjadi tawanan menyisakan trauma mendalam. Setelah perang berakhir, ia menikah dan sempat mengalami kesulitan dalam menjalani hidup seperti warga normal. Ia masih sering dikuasai amarah, terutama terhadap pihak-pihak yang menyiksanya selama perang.
Ingatan akan penyiksaan pada masa perang membuatnya memikirkan kembali trauma terdahulu yang timbul pada masa mudanya, ketika ia kerap menjadi sasaran kekerasan teman-teman sekolahnya. Ayahnya lalu mengajarinya bertinju sebagai salah satu cara untuk mempertahankan diri. Setelah mahir bertinju, Zamperini justru kerap terlibat dalam masalah karena ia sering menantang teman-temannya berkelahi. Jika bukan karena saudara laki-lakinya yang mengajaknya untuk menekuni olahraga lari, hidup Zamperini mungkin akan diisi dengan perkelahian demi perkelahian dan akan semakin hancur.
Ajakan saudara laki-lakinya itu mengubah arah hidup Zamperini. Ia terus menekuni olahraga lari hingga sempat mewakili negaranya pada Olimpiade tahun 1936 di Berlin, di nomor lari 5.000 meter, sebelum akhirnya mendaftarkan diri untuk menjadi tentara.
Pada masa tuanya, Zamperini aktif sebagai pewarta kabar rohani. Perlahan-lahan, ia mulai bisa menerima masa lalunya, pengalaman pahitnya, dan segala traumanya. Dalam sebuah kesempatan, ia bahkan bertemu dengan perwira Jepang yang pernah menyiksanya, dan memaafkannya. Di masa tuanya, ia tak henti mewartakan tentang kasih dan pengampunan, sesuatu yang maknanya amat dalam bagi orang yang pernah merasakan sulitnya mengampuni orang yang telah menyiksanya, bagi orang yang mungkin pernah merasa sulit memahami kasih tatkala dirinya disiksa dan mengalami berbagai cobaan berat dalam hidupnya.
Pada tahun 2014, Zamperini wafat pada usia 97 tahun.
Merenungkan hidup Zamperini, saya menyadari betapa manusia sesungguhnya memiliki kekuatan yang luar biasa, baik secara mental maupun fisik. Hidup manusia penuh dengan kejutan, tak terkecuali kejutan yang tidak menyenangkan. Berulang kali berbagai bentuk cobaan menghampiri manusia sepanjang hidupnya. Sebagian bertahan dan menjadi semakin kuat, sebagian lainnya menyerah. Zamperini dan kisahnya mewakili mereka yang memilih untuk bertahan dan bertumbuh.
Merenungkan hidup Zamperini, saya juga menjadi menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri saya juga terdapat sosok Zamperini. Hidupnya penuh dengan lika-liku, misteri, dan kejutan, seperti halnya hidup saya. Setiap pengalaman dalam hidup Zamperini bagaikan titik yang tidak jelas artinya sampai akhirnya titik-titik itu dihubungkan. Satu yang jelas, menghadapi ketidakjelasan itu, dan menghadapi berbagai cobaan yang mahaberat di sepanjang hidupnya, Zamperini bertahan dan terus maju, hingga titik-titik itu akhirnya membentuk sebuah kisah yang begitu menginspirasi. Kisah tentang 97 tahun naik-turun hidup seorang manusia yang pada akhirnya bangga dan berbahagia dengan apa yang telah ia lakukan selama hidupnya, atas pilihan-pilihannya, dan bukannya terseret oleh arus kehidupan.
Tulisan ini ditutup dengan ungkapan-ungkapan yang muncul dari Zamperini sendiri, yang mencerminkan bagaimana ia memandang hidupnya dan seperti apa ia ingin menjalaninya sampai akhir:
"I'd made it this far and refused to give up because all my life I had always finished the race"
"To persevere is important for everybody. Don't give up, don't give in. There's always an answer to everything"
***
Comments
Post a Comment