Siapakah saya?

Pertanyaan di atas adalah pertanyaan terpenting dalam hidup setiap orang. Sebab, hanya dengan mengenal dirinya, seseorang mampu menghargai keberadaannya, memaknai keseluruhan hidupnya, dan mengarahkan hidupnya itu.

Banyak sekali pedoman yang dapat kita gunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut, salah satunya agama. Pada agama, kita menemukan jawaban itu terutama dalam kitab suci.

Sebagai seorang Katolik, saya bisa mengetahui siapa diri saya, bagaimana Pencipta melihat diri saya, dan mengapa atau untuk apa saya diciptakan, dengan membaca Alkitab.

Di bawah ini, saya coba meringkas beberapa poin dari Injil yang menjawab pertanyaan mengenai "siapa saya"? Mengapa saya secara spesifik memilih untuk mengambil poin dari Injil? Karena Injil memuat kisah mengenai hidup Yesus, Tuhan yang adalah juga manusia seperti kita, manusia yang adalah Tuhan, teladan hidup kita.

1. Kita adalah anak Tuhan (Yohanes 1: 12)

Kita adalah anak Tuhan. Tapi tidak setiap orang adalah anak Tuhan, melainkan hanya mereka yang menerima Tuhan sebagai Bapa-nya. Sebab, seperti anak manusia mengakui seseorang sebagai ayahnya karena ia menerima orang tersebut sebagai ayahnya, maka demikian halnya kita menjadi anak Tuhan jikalau kita mau menerima-Nya dalam hidup kita.

Penerimaan terhadap Tuhan untuk masuk ke dalam hidup kita, dan masuk sebagai Bapa, memiliki konsekuensi besar. Dengan menerima Tuhan sebagai Bapa, layaknya sikap seorang anak terhadap ayahnya, kita harus percaya bahwa Bapa akan selalu mendampingi kita dalam situasi apapun, menuntun hidup kita ke arah yang tepat, mengarahkan kita ke jalan yang benar ketika kita tersesat dan meminta petunjuk kepadanya, maupun menerima kita apa adanya.

Di sisi lain, dengan menerima Tuhan sebagai Bapa, kita harus menaati perintah dan batasannya, yang selalu baik adanya. Sebab, layaknya figur ayah, Tuhan mengajarkan apa-apa yang baik dan buruk agar kita ketahui, sehingga kita dengan kebebasan yang kita miliki dapat menentukan batasan dan dengan demikian mengarahkan hidup kita pada keselamatan, bukannya kesengsaraan.

2. Kita adalah cabang dari pokok anggur, yaitu Kristus (Yohanes 15:1, 5)

Kita adalah cabang dari pokok anggur. Pokok anggur itu sendiri ialah Yesus Kristus, dan Allah Bapa adalah tukang kebun yang merawat pohon anggur agar menghasilkan buah banyak.

Maka, kita adalah ciptaan Tuhan yang dikehendaki-Nya agar menghasilkan banyak kebaikan di dalam nama Yesus, yaitu dengan menjalankan teladan yang telah ditunjukkan Yesus semasa hidup-Nya.

Menjalani hidup di dalam Yesus menjadi penting karena pedoman yang disediakan oleh Yesus itu, sehingga orang yang menjalani hidupnya jauh dari Yesus bisa-bisa tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan berakhir tanpa menghasilkan buah.

3. Kita adalah garam dan terang dunia (Matius 5: 13-14)

Kita adalah garam dan terang dunia. Ungkapan ini menyiratkan bahwa kita pertama-tama adalah sarana keselamatan bagi sesama, sumber manfaat bagi orang lain, sebagaimana halnya garam dan terang menjadi terasa manfaatnya apabila digunakan oleh orang lain, bukan hanya diri sendiri.

Maka dari itu, untuk memberi manfaat bagi orang lain, tak ada jalan lain kecuali menjadi sumber manfaat itu sendiri.


Menyimpulkan uraian di atas, saya kini dapat mengatakan bahwa saya adalah ciptaan Tuhan, yang dihadirkan di dunia untuk menjadi sumber keselamatan bagi diri saya sendiri dan orang lain, dan yang keseluruhan hidupnya harus diarahkan pada tujuan tersebut dengan mengikuti petunjuk yang diberikan Tuhan.


NB:
Tulisan ini dipersembahkan untuk S. Kita sedang melewati masa-masa "kekeringan" spiritual karena kesibukan jasmani. Semoga tulisan ini bisa menyegarkan kembali diri-rohani kita.


***

Comments

Popular Posts