Setelah sekian lama tidak menulis di blog ini (atau di manapun), saya kembali menulis. Tulisan pertama di tahun 2019 ini merupakan buah permenungan yang saya lakukan (juga pertama kalinya sejak entah kapan). Saya merasa cukup sedih, sebab refleksi terhadap kehidupan seharusnya menjadi bagian penting dari kehidupan itu sendiri, yang perlu dilakukan sesering mungkin.

Eniwei, tulisan di bawah ini terinspirasi oleh pesan yang ditujukan oleh Bapak FX Bambang Ismawan, salah seorang dedengkot kewirausahaan sosial Indonesia, kepada para mahasiswa selaku calon pemimpin masyarakat.


***

Seorang pemimpin, di manapun mereka melayani, akan menginspirasi dan memfasilitasi orang-orang yang dipimpinnya untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama. Namun, sebelum menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya, ia perlu terlebih dulu mengusahakan agar masing-masing dari mereka memiliki sikap mandiri serta saling mengenal dan memahami, karena hal-hal itu akan mempermudah upaya mereka dalam bekerja sama. Karena itu, seorang pemimpin dituntut untuk menjadi seorang teladan kemandirian dan seorang integrator sosial.

Sebagai teladan kemandirian, seorang pemimpin memberi contoh kepada orang lain bahwa hidupnya merupakan akibat dari pilihan-pilihannya mengenai hal-hal yang berada dalam jangkauan kendalinya, yang diambilnya secara sadar, dalam keadaan bebas, dan dengan bertanggung jawab. Sadar berarti mengetahui dan memahami apa konsekuensi yang mungkin timbul dari pilihan yang diambil dan apa yang dia tuju dengan membuat pilihan tersebut. Bertanggung jawab berarti bersedia menanggung apapun konsekuensi dari pilihan yang telah diambil, termasuk konsekuensi yang negatif. Dengan kata lain, seorang pemimpin membentuk dan menentukan (dalam batas-batas kendalinya) akan seperti apa hidupnya kelak. Tak hanya memberi contoh, seorang pemimpin harus tanpa kenal lelah mendorong mereka yang dipimpinnya untuk juga menjadi mandiri.

Sebagai integrator sosial, seorang pemimpin harus mampu mendorong dialog di antara orang-orang yang dipimpinnya, dan merangsang terciptanya situasi yang memungkinkan munculnya dialog itu: situasi yang menonjolkan kesetaraan, keterbukaan (termasuk terhadap keberagaman), kepekaan, rasa percaya diri, dan sikap saling menghargai. Dengan demikian, setiap orang dapat merasa nyaman berada di kelompok tersebut, sehingga bisa mengeluarkan energi dan kemampuannya secara maksimal dalam berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama.



***

Comments

Popular Posts