Lessons on a Good Life

Seperti kebanyakan orang, aku juga mencari kebahagiaan. Salah satu bentuk upayaku untuk mencapai kebahagiaan itu adalah mencari tahu cara meraihnya, tak terkecuali dengan menggali dari internet. YouTube menyimpan informasi tentang itu.

Beberapa tahun lalu, aku menemukan video TED Talk ini di Youtube: Robert Waldinger: What makes a good life? Lessons from the longest study on happiness. Judul videonya menarik perhatianku karena beberapa alasan.

Pertama, sudah barang tentu karena dari judulnya, video itu mesti bicara tentang kebahagiaan, yang sedang kucari. Lalu, karena video itu aku asumsikan memuat hasil riset tentang kebahagiaan. Tentu lebih meyakinkan (setidaknya buatku) kalau diskusi tentang kebahagiaan didukung oleh ilmu pengetahuan. Terakhir, karena aku penasaran berapa lama studi itu berlangsung dan bagaimana itu berjalan (juga karena asumsiku bahwa semakin lama durasi suatu riset, maka kualitas hasil risetnya tentu akan semakin baik dan bisa dipercaya).

Robert membuka TED Talk itu dengan dua pertanyaan penting:

What keeps us healthy and happy as we go through life?

If you were going to invest now in your future best self, where would you put your time and your energy?

Dari kedua pertanyaan itu, Robert seperti ingin menyampaikan bahwa hidup yang baik, a good life (seperti judul videonya), adalah hidup yang bahagia dan sehat. Dan bahwa kita harus menggunakan waktu dan energi kita untuk mencapai kehidupan seperti itu. 

Robert melanjutkan dengan bercerita mengenai sebuah survei yang menanyakan kepada anak-anak muda tentang apa yang menjadi tujuan hidup mereka yang terpenting, di mana 80% dari peserta survei ingin menjadi kaya dan 50% ingin menjadi terkenal. Hasil survei ini seolah ingin mengatakan bahwa kehidupan yang baik hanya dapat diraih dengan cara menjadi kaya dan/atau terkenal, sehingga kita harus mencurahkan banyak waktu dan tenaga kita untuk meraih itu.

Robert menghindari untuk mengkritik gagasan itu (meraih kehidupan yang baik dengan menjadi kaya dan/atau terkenal). Alih-alih, dia mengajak kita untuk merenungkan seberapa pasti pilihan-pilihan untuk mengejar kekayaan dan/atau status itu benar-benar akan membawa kita pada kehidupan yang baik. Setiap kali kita membuat suatu pilihan, apalagi yang hasilnya umumnya menuntut proses yang panjang (seperti menjadi kaya atau terkenal itu), kita tidak bisa menekan tombol fast forward supaya bisa segera mengetahui hasilnya. Selalu ada risiko, hasilnya tidak sesuai harapan.

Di titik inilah, riset yang dilakukan Robert dan tim serta para pendahulunya terasa penting.

Melalui Harvard Study of Adult Development, sebuah penelitian di mana Robert beserta timnya dan para pendahulunya meneliti 724 pria dari sejak mereka berusia remaja hingga mencapai umur 80-an sampai 90-an untuk mengetahui apa yang membuat para pria ini meraih kebahagiaan dan kesehatan hingga di masa tuanya, tim peneliti Harvard hendak memberikan kepada kita suatu gambaran tentang apa yang terjadi di sebagian besar waktu dalam hidup para peserta penelitian, apa pilihan-pilihan yang mereka ambil, dan bagaimana pilihan-pilihan itu membentuk kehidupan mereka di masa depan (termasuk di masa tua mereka). Robert berharap, siapapun bisa belajar dari kisah hidup para pria ini, dan mengambil pilihan sikap dan tindakan yang tepat untuk meraih kehidupan yang diidamkan: kehidupan yang baik, yang bahagia dan sehat. 

Dari hasil riset selama 75 tahun itu, Robert menemukan bahwa hal yang membuat kita tak hanya tetap bahagia, tetapi juga sehat hingga di usia lanjut, adalah hubungan yang berkualitas dengan orang lain.

Tentang hubungan atau relasi atau ikatan dengan orang lain itu (yang menjadi sumber kebahagiaan dan juga kesehatan, namun bisa juga membawa kebalikannya), Robert memaparkan 3 pelajaran dari hasil riset itu.

Pertama, relasi atau ikatan dengan orang lain membawa dampak baik untuk manusia, dan sebaliknya, kesendirian bisa "membunuh" manusia secara perlahan.

Hasil riset menunjukkan bahwa orang-orang yang lebih terhubung secara sosial (dengan anggota keluarga, sahabat, anggota komunitas yang sama) cenderung lebih bahagia, lebih sehat, dan hidup lebih lama daripada orang-orang yang kurang terhubung dengan orang lain.

Kedua, yang menentukan akan seberapa bahagia dan sehat kita nantinya bukan hanya banyaknya jumlah orang lain yang dengan mereka kita memiliki relasi, tapi juga (dan terutama) kualitas dari relasi itu.

Relasi yang berkualitas membawa dampak baik terhadap tubuh. Relasi yang sebaliknya, dapat menggerogoti kesehatan.

Ketiga, hubungan yang berkualitas dengan orang lain tidak hanya berdampak baik terhadap tubuh, tapi juga terhadap otak.

Mereka yang memiliki hubungan yang berkualitas dengan orang lain cenderung memiliki memori/ingatan yang baik, dan terhindar dari kemerosotan fungsi memori secara cepat.

Setelah menjelaskan 3 pelajaran tentang good relationships itu, Robert mengajak kita untuk merenungkan pilihan-pilihan yang mau kita ambil di masa depan, seperti apa kita mau menggunakan waktu dan tenaga kita. Harapannya, pilihan-pilihan itu akan membawa kita semakin dekat pada hubungan yang baik dengan orang-orang tersayang, dan pada akhirnya itu menghadirkan kebahagiaan dan kesehatan secara stabil ke dalam hidup kita.


***

Comments

Popular Posts