Hari ini, aku belajar mengenai dua hal: disonansi kognitif dan komodifikasi. Pada dirinya sendiri, keduanya tidak saling berkaitan, kecuali tentu saja kalau dibahas dalam konteks yang sama. Tapi di tulisan ini, aku hanya mau membahas tentang disonansi kognitif.
Istilah ini aku baca dari post seseorang di X beberapa hari sebelumnya, tentang bagaimana dia merasa tidak nyaman terhadap kenyataan yang dia hadapi, sebagai berikut:
Di satu sisi, dia mengetahui dan meyakini bagaimana seharusnya dia memperlakukan asisten rumah tangganya (dalam konteks sebagai pekerja): yaitu diperlakukan layaknya pekerja lainnya, di antaranya diberi upah yang layak, istirahat yang cukup, dan jaminan sosial.
Di sisi lain, dia menyadari bahwa dia belum sepenuhnya mewujudkan pemahamannya itu dalam kehidupan nyata, dan bahwa banyak pengorbanan yang harus dia berikan untuk merealisasikan keyakinannya itu.
Nah, apa yang dialami pencerita di atas itulah yang dikenal dengan istilah "disonansi kognitif". Disonansi kognitif ini adalah teori atau konsep yang diciptakan oleh Leon Festinger dalam bukunya "A Theory of Cognitive Dissonance" (1957).
Aku jadi tertarik mempelajari konsep ini, karena setelah merenungkan pengalaman orang di atas, aku menyimpulkan bahwa situasi ini bisa jadi pernah dialami setiap orang, setidak-tidaknya sekali seumur hidupnya. Kita bisa melihat disonansi kognitif ini terjadi setiap hari, di sekeliling kita, atau bahkan kita sendiri yang mengalaminya.
Disonansi kognitif adalah teori atau konsep yang dibentuk dari dua istilah: disonansi dan kognitif. Aku jelaskan dulu makna dari masing-masing.
Disonansi berarti ketegangan atau pertentangan yang muncul dari kombinasi antara dua elemen yang saling berkaitan tetapi tidak selaras. Sedangkan, kognitif terkait dengan proses atau kerja mental untuk memperoleh suatu pengetahuan dan memahaminya. Pengetahuan itu bisa mengenai kebiasaan, persepsi, sikap, keyakinan, dan perasaan/emosi.
Dengan demikian, disonansi kognitif bisa diartikan sebagai ketegangan atau pertentangan psikologis yang muncul dari kombinasi antara dua elemen pengetahuan yang saling berkaitan namun tidak selaras. Dalam kalimat yang berbeda, disonansi kognitif adalah ketegangan psikologis yang tercipta ketika apa yang dilakukan seseorang tidak selaras dengan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau diyakininya.
Ketegangan atau pertentangan (disonansi) tersebut menimbulkan perasaan tidak nyaman dalam diri orang yang mengalaminya. Perasaan tidak nyaman atau ketegangan psikologis yang dialaminya itu akan mendorongnya untuk menghindari, mengurangi, atau menghilangkan disonansi itu. Caranya antara lain dengan (1) menghilangkan pengetahuan yang tidak selaras (yang menyebabkan disonansi), (2) menambah pengetahuan yang selaras, (3) mengurangi derajat kepentingan (level of importance) dari pengetahuan yang tidak selaras, atau (4) menambah derajat kepentingan dari pengetahuan yang selaras.
Dalam bukunya, Festinger memberikan contoh yang bagus dalam menjelaskan konsep disonansi kognitif dan cara-cara untuk mengurangi disonansi yang dibahas di paragraf sebelumnya (yang aku terjemahkan secara bebas dari tulisan berjudul "An Introduction to Cognitive Dissonance Theory and an Overview of Current Perspectives on the Theory" (Eddie Harmon-Jones and Judson Mills, 2019)).
Seorang perokok aktif yang baru mengetahui dampak buruk dari merokok terhadap kesehatannya akan mengalami disonansi, karena pengetahuan bahwa merokok itu buruk tidak selaras dengan pengetahuan bahwa dia masih terus merokok.
Dia bisa mengurangi disonansi atau ketegangan psikologis itu dengan merubah kebiasaannya, yaitu dengan berhenti merokok, di mana hal tersebut akan menjadi selaras dengan pengetahuan bahwa merokok itu buruk bagi kesehatan.
Alternatifnya, dia bisa mengurangi disonansi dengan merubah pengetahuannya tentang dampak dari merokok terhadap kesehatan, misalnya dengan meyakini bahwa merokok tidak memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Alih-alih, dia bisa mencari dampak positif dari merokok (seperti mengurangi stres dan mencegah kenaikan berat badan).
Dia juga dapat memilih untuk meyakini bahwa risiko terhadap kesehatan atau nyawa yang ditimbulkan oleh rokok tidak seberapa dibandingkan dengan bahaya yang muncul dari kecelakaan lalu lintas.
Atau sebaliknya, dia bisa memilih pandangan bahwa kesenangan yang dia peroleh dari merokok adalah bagian yang penting dari hidupnya.
Kunci untuk mengurangi atau menghilangkan disonansi adalah terjadinya perubahan atas pengetahuan yang dapat mengurangi disonansi itu. Perubahan itu baik berupa menghilangkan/mengganti pengetahuan yang menyebabkan disonansi atau mengurangi derajat kepentingan dari pengetahuan ini, atau menambahkan pengetahuan yang dapat mengurangi disonansi atau meningkatkan derajat kepentingan dari pengetahuan tersebut.
Peluang terjadinya perubahan di atas ditentukan oleh resistensi untuk merubah pengetahuan tersebut. Resistensi itu sendiri banyak terkait dengan seberapa banyak perasaan negatif (seperti rasa sakit, kehilangan) yang harus ditanggung untuk merubah pengetahuan itu, dan juga seberapa banyak perasaan positif (seperti kepuasan) yang bisa diraih dari perubahan tersebut.
***
Comments
Post a Comment